This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Rabu, 25 Juni 2014

TIpe-tipe Cowok Ketika Pacarnya Menangis




1. COWOK ROMANTIS
    " Sayang jangan nagis yaa, *kasih bunga* "

2. COWOK TAJIR
    " Sayang jangan nangis kita kan mau belanja ke Paris "

3.COWOK KERE
   " Sayang jangan nangis, aku ga bisa beliin tisu :( "

4.COWOK PENYAYANG
   " Sabar yah sayang *cium kening* "

5. COWOK PEMARAH
   " Jangan nagis deh brisik !!! "

6.COWOK SANGEAN
   " Sayang jangan nangis, sini aku peluk * peluk sambil raba-raba atau remes-remes pantat * "

Selasa, 24 Juni 2014

Komik Sunda

Sabtu, 21 Juni 2014

DOWNLOAD MP3 MUSIK UNDERGROUND

Kumpulan Lagu-lagu Underground
Cara Download via HandPhone      Klik Disini




BURGERKILL MP3

Selasa, 17 Juni 2014

Terhempas Asa...


    Sudah seminggu ini Firman tidak masuk Sekolah krn sibuk mengendong tas kotak dari kayu yang berisi peralatan menyemir. 
Uang... Iyaa,Hanya uang yang sekarang ada dipikirannya bukan pendidikan atau bermain2 layaknya Anak2 seusianya. 
Sudah hampir 2minggu Ibunya dirawat di Rumah Sakit Daerah karena mengalami Kanker Payudara. Meski menggunakan Kartu Sehat untuk pengobatan gratis tapi beberapa obat harus dibeli diapotik. 
Firman melangkah menyusuri jalanan daerah Perkantoran, berharap ada yang membutuhkan jasanya menyemir sepatu. 
Panas dan hujan sudah menjadi teman demi kesembuhan ibunya. 
Firman mulai hidup dijalan setelah Ayahnya meninggal dunia 3thn yang lalu. 
Menjelang Sore Firman Pulang dan bergegas kembali menuju rumah sakit . Dia berharap penghasilan hari ini bisa mencukupi Menebus obat-obatan yang dibutuhkan Ibunya. 
Senyuman Ibunya Mampu menghilangkan rasa Lelah dan lapar yang melanda Firman, Firman lebih mementingkan ibunya daripada perutnya sendiri. 
Belum sempat merasakan Pelukan ibunya, seorang dokter lebih dulu memberikan Resep obat yang harus segera dibeli. 
Firman bergegas keapotik, namun sayangnya uang yang dimilikinya tidak cukup untuk membayar. 
firman memohon agar bisa membayar sisanya nanti, tapi sayang... Petugas Apotik ìtu lebih takut dipecat daripada harus menolong atas dasar kemanusiaan. 
Firman kembali keruangan dimana ibunya dirawat, dia pamit pulang berbohong hendak mengambil sisa uang untuk membeli obat. 
Malam ini Hujan Turun dengan deras, Firman kembalì kejalan mencoba mencari uang tambahan untuk membeli obat. 
Tubuh kecilnya basah kuyup,badannya menggigil karena kedinginan dan menahan lapar. 
Adzan Subuh berkumandang Lantang, Seorang Penyapu Jalanan telah memulai aktivitasnya membersihkan Trotoar , disela tugasnya ìtu dia melihat 
sesosok tubuh kecil berbaring tanpa alas diemperan Toko, segera dia hampiri dan dicobanya untuk membangunkan Anak itu krn sbentar lagi pemilik Toko akan membuka tokonya. 
Tangannya menyentuh pakaian anak itu yang masih basah, dia guncangkan bahu kecil itu perlahan, namun 
Anak itu tak bergerak, tubuhnya dingin dan kaku, wajahnya pucat dan bibirnya membiru Ditangan kecilnya msh tergenggam plastik tempat menyimpan uang hasil menyemir,didalamnya Hanya ada 3 lembar 2ribuan yg digulung. 
Inalillahi Wa innailahi Raaji'un... 
Firman meninggal dunia karna kedinginan dan kelaparan, Tubuh kecilnya terlalu lemah. 
Hanya cinta kepada ibunya lah yg membuatnya bertahan selama ini. 

Sudah seminggu ini Firman tidak masuk Sekolah krn sibuk mengendong tas kotak dari kayu yang berisi peralatan menyemir. 
Uang... Iyaa,Hanya uang yang sekarang ada dipikirannya bukan pendidikan atau bermain2 layaknya Anak2 seusianya. 
Sudah hampir 2minggu Ibunya dirawat di Rumah Sakit Daerah karena mengalami Kanker Payudara. Meski menggunakan Kartu Sehat untuk pengobatan gratis tapi beberapa obat harus dibeli diapotik. 
Firman melangkah menyusuri jalanan daerah Perkantoran, berharap ada yang membutuhkan jasanya menyemir sepatu. 
Panas dan hujan sudah menjadi teman demi kesembuhan ibunya. 
Firman mulai hidup dijalan setelah Ayahnya meninggal dunia 3thn yang lalu. 
Menjelang Sore Firman Pulang dan bergegas kembali menuju rumah sakit . Dia berharap penghasilan hari ini bisa mencukupi Menebus obat-obatan yang dibutuhkan Ibunya. 
Senyuman Ibunya Mampu menghilangkan rasa Lelah dan lapar yang melanda Firman, Firman lebih mementingkan ibunya daripada perutnya sendiri. 
Belum sempat merasakan Pelukan ibunya, seorang dokter lebih dulu memberikan Resep obat yang harus segera dibeli. 
Firman bergegas keapotik, namun sayangnya uang yang dimilikinya tidak cukup untuk membayar. 
firman memohon agar bisa membayar sisanya nanti, tapi sayang... Petugas Apotik ìtu lebih takut dipecat daripada harus menolong atas dasar kemanusiaan. 
Firman kembali keruangan dimana ibunya dirawat, dia pamit pulang berbohong hendak mengambil sisa uang untuk membeli obat. 
Malam ini Hujan Turun dengan deras, Firman kembalì kejalan mencoba mencari uang tambahan untuk membeli obat. 
Tubuh kecilnya basah kuyup,badannya menggigil karena kedinginan dan menahan lapar. 
Adzan Subuh berkumandang Lantang, Seorang Penyapu Jalanan telah memulai aktivitasnya membersihkan Trotoar , disela tugasnya ìtu dia melihat 
sesosok tubuh kecil berbaring tanpa alas diemperan Toko, segera dia hampiri dan dicobanya untuk membangunkan Anak itu krn sbentar lagi pemilik Toko akan membuka tokonya. 
Tangannya menyentuh pakaian anak itu yang masih basah, dia guncangkan bahu kecil itu perlahan, namun 
Anak itu tak bergerak, tubuhnya dingin dan kaku, wajahnya pucat dan bibirnya membiru Ditangan kecilnya msh tergenggam plastik tempat menyimpan uang hasil menyemir,didalamnya Hanya ada 3 lembar 2ribuan yg digulung. 
Inalillahi Wa innailahi Raaji'un... 
Firman meninggal dunia karna kedinginan dan kelaparan, Tubuh kecilnya terlalu lemah. 
Hanya cinta kepada ibunya lah yg membuatnya bertahan selama ini. 

TAMAT 
creative By Agil
Dedication for Alm Edi

Sabtu, 14 Juni 2014

THIS LOVE FOR YOU


     Liburan kuliah yang sangat berbeda nuansanya, biasanya Kevin berkeliling Eropa untuk menikmati berbagai macam indahnya dunia, kini ia mendarat di bandara Soekarno-Hatta, ya di Jakarta tepatnya, sudah lama sejak 5 tahun lalu ia tak pernah kembali, namun Berlin tidak mampu melupakan keindahan ibu kota indonesia ini, kesenangan ia relakan demi tugas yang berat menantinya, menemukan sesuatu yang akan membuat kebahagian. Hari ini Kevin akan menemui teman kecilnya bernama Elma, dari sebuah aparteman ia langsung keluar menuju Cafe. “hai, kamu Elma?” sapa Kevin kepada wanita itu “ya kamu Kevin?”wanita itu menjawab dengan sopan “betul sekali, kamu tidak pernah berubah ya ma, tetap cantik seperti dulu.” “ah dasar kamu, kamu juga ga berubah, tetap suka merayu seperti dulu.” “sebenarnya tujuan kamu ke Indonesia untuk liburan atau buat ketemu aku doang?”tanya Elma sambil menggoda “sebenarnya aku lagi cari seseorang, pengen ketemu kamu juga sih.” “tapi sekarang aku mau tunangan vin jadi kamu telat kalo mau melamar aku.” “oh ya hahaha, bagus kalo begitu, laku juga kamu.” asik mereka bercengkrama, ternyata waktu 5 tahun memisahkan mereka tidak mampu memudarkan keakraban diantara mereka. * * * Hari ini Kevin mengantar Elma menuju tempat Kuliahnya, hanya sekedar menghilangkan kebosanan di apartemen, karna ia tak mempunyai cukup banyak teman di Jakarta. “Ma nanti aku jemput kamu jam 9 ya” pesan singkat untuk Elma “okehh, jangan telat ya supir pribadiku” balas Elma Sampai di Kampus Elma, Kevin mengantar Elma menuju kelas “vin, kamu ga usah antar aku sampai kelas nanti kalo calon tunangan aku tau gimana, nanti aku bisa batal tunangan lagi.” “tenang aja, kan kamu bisa jelasin, aku kan sahabat kamu jadi harus tau calon suami kamu nanti, kalau gak lebih cakep dari aku, kamu harus putusin.” “oke oke kalo kamu maksa, tapi kamu harus tau cakepan dia dari pada kamu.” KAMPUS BANGSA NEGARA Itulah tujuan Kevin disinilah ia akan bertemu orang itu, dan mengakhiri semua. “vin aku langsung masuk kelas ya, dan kamu langsung pulang sanah, jangan ngecengin mahasiswi sini, nanti mereka jadi galau ditinggalin kamu.” “siap Nona cantik.” Inilah saatnya, keliling menelusuri dimana ia berada. Lelah Kevin mencari namun ia tak menemukannya. Rupanya sedari tadi ia diawasi oleh penjaga kampus “maaf ada yang bisa saya bantu?” “oh ya bapak kenal pak Arya, kalo gasalah dia katanya dosen disini.” “betul pak, kebetulan pak Arya tidak mengajar kalo hari selasa, tapi biasanya dia jemput non Elma kesini.” “Elma Citra Kirana?” “iya betul mas, calon tunangan mas Arya.” “oh yasudah makasih pak.” Kenapa bisa terjadi, kenapa harus Arya, apakah cinta Arya untuk Fara sudah hilang dan kenapa untuk Elma? “ pernyataan itu mengelilingi otak kepala Kevin, yang sepertinya ia tak mempercayainya Dibalik sedan hitamnya ia menunggu, melihat apakah itu benar nyata. dan setelah jam kuliah Elma selesai, ia berjalan menuju tempat parkir bersama seorang Pria, yang berperawakan tinggi, kulit putih, itulah yang bisa Kevin lihat dari kejauhan, namun itu memang benar Arya, lelaki yang sudah lama ia cari dan menunggu, akhirnya ia menemukannya. Ketika itu berjalanlah seorang laki-laki berperawakan tinggi dan sempurnanya, kemeja coklat yang terlihat mewah itu membaluti tubuhnya, dasi yang melingkar dilehernya membuat ia terlihat sangat berwibawa, senyumnya membalut wajahnya, terlihat ramahnya kepada wanita yang sedang bersamanya yang tak lain adalah Elma. “hari ini aku harus mengakhirinya, dia harus tau.” Desah Kevin dalam hatinya Pelan-pelan Kevin mendekati Pria itu, nampaknya ia ragu untuk menyelesaikan ini, namun tak lama iapun memberanikan diri “saya adik dari Fara, masih ingat Fara kan, tentu kamu masih ingat kan?” nama itu seakan-akan menjeritakan hati Arya, dia yang selama ini sudah menguburkan nama Fara dipikirannya kini kembali mengelilingi otaknya. Ekspresi dari muka Aryapun beragam saat mendengar nama itu, terlihat ada rasa benci, marah, kecewa, namun salah satu sudut matanya masih terlihat cinta yang ada. “saya sudah melupakannya dan saya tidak ingin mengingatnya lagi.” “kenapa begitu, bukankah kamu sangat mencintai dia, walaupun aku tidak pernah tau kamu tapi fara sering cerita, kalau kalian saling mencintai, bukankah kalian berencana menikah, jika kamu benar benar melupakannya, kamu benar-benar laki-laki tak tau diri“ Elma terlihat bingung dengan apa yang terjadi, “Apa yang sebenarnya terjadi? Siapa itu Fara? Menikah apa kamu punya janji menikahi orang lain selain aku ya?” “jadi ma, tunanganmu ituu..” belum selesai Kevin berbicara, rupanya gumpalan tangan yang keras menghantam pipi kanannya, sampai bibirnya mengeluarkan darah.” “selesaikan hanya kita berdua, cafe millo besok.” Diam-diam Arya membisikan kata pada Kevin Kevinpun pergi dengan menahan rasa sakit dibibirnya, tanpa mempedulikan Elma yang sedari tadi ingin sekali mengetau yang sebenarnya. “Ada apa sebenarnya ini, tolong jelaskan Arya.” Arya hanya terdiam, dalam situasi yang membingungkan pikirannya tak berfungsi dengan baik. Elma menggerutu di mobil sampai tak sadar Arya telah membawanya sampai di depan rumahnya. Lelah berbicara sendiri tanpa Arya hiraukan, Elmapun merasa kesal dan tidak berbicara apapun saat turun dari mobil meninggalkan Arya. tatapan kosong Arya terlihat jelas dari sudut matanya, memandang ke arah sudut kamarnya terlihat cahaya matahari tenggelam dari sudut jendela, dalam pikirannya terlihat masa lalu yang indah bersama Fara, pertunangan yang telah terangkai, dan sosok yang pergi tanpa kabar, semuanya menggilakan pikiran dalam benak Arya. *** Sabtu, 26 mei cafe Millo Terlihat di salah satu sudut dekat jendela, pria yang sudah menunggunya, segera tanpa terfikirkan Aryapun langsung duduk di depannya “kau harus menemui Fara.” Ucapnya langsung saat Arya baru duduk dikursi “untuk apa?” “Fara membutuhkanmu.” “selama ini aku mencarinya, aku bekerja keras untuk mendapatkan uang hanya untuk menyusulnya ke Jerman, saat satu langkah aku ingin terbang ke Jerman, dia memutuskan hubungannya denganku, dengan alasan dia tak mencintaiku lagi, dan aku rasa Fara tidak membutuhkanku lagi.” “Arya ada satu hal yang harus kamu tau, Fara mengalami kecelakaan saat kamu sedang mengadakan tour ke Jepang, dan kecelakaan itu membuat Fara kehilangan kedua matanya, dia ga bisa melihat lagi, Fara sangat terpukul saat mengetaui kondisinya, ia memutuskan tinggal di Jerman bersama Ibu dan Ayah disana.” “lalu dia melupakan dan meningglkan aku disini?” “dia ga ingin mengecewakanmu dengan kondisi dia sekarang, kau tau betapa dia sangat mencintimu dalam kondisinya yang sekarang, hobbynya adalah melukis, dia belajar dari salah satu teman Ayah yang selalu mengajarkan tunanetra agar bisa berbakat, dia selalu menggambar dirimu, dia juga selalu bercerita tentangmu, tiap hari tanpa bosan aku mendengarnya, impiannya ketika ia bisa melihat lagi adalah melihat kamu bahagia Arya” Hati Arya benar-benar merasa kasihan pada Fara, wanita yang sebenarnya masih sangat ia cintai harus mengalami penderitaan yang hebat. “Apa yang harus aku lakukan untukknya?” “kembalilah Arya untuknya, aku ingin melihat kebahagiannya sempurna dengan kembalinya kamu dengan dia, kamu tidak perlu hawatir minggu depan dia sudah mendapatkan donor mata, dan itu pasti melengkapi kebahagian kalian.” “kenapa kamu yakin aku akan kembali pada Fara?” “Arya semua cerita Fara sudah membuktikan dan aku sangat yakin cinta yang tulus itu tidak akan hilang dalam sekejap.” “cintaku untuk Fara memang tak pernah hilang sampai sekarang tapi aku gabisa ninggalin Elma, dia wanita yang memulihkanku saat aku terpuruk.” “aku tau itu akan sulit buat kamu memilih, tapi kamu pasti bisa menjelaskan ini pada Elma.” “tidak perlu dijelaskan, aku mengerti, maaf Arya aku juga butuh cinta yang tulus dari seorang laki-laki, dan hati kamu ternyata hanya untuk Fara.” “Elma?” dua laki-laki itu terkejut saat mereka mengetahui dibelakang adaseorang wanita yang memang penampilannya sangat berbeda dari biasanya, Elma sedari tadi menguping pembicaraan mereka tanpa sidekahui. Elmapun pergi, meninggalkan Arya dan Kevin, namun saat Arya mencoba bangkit dan mengejar Elma, Kevinpun menahannya. “dia wanita yang berfikir dewasa, dia akan mengerti.” Arya tidak selangkahpun mengejarnya *** 14 juni Berlin- Jerman Cahaya terang terlihat dari yang tadinya gelap gulita, terliahat remang-remang seorang yang ada disekitarnya dan akhirnya terbuka dengan jelas keruman agak banyak orang disekitarnya, terlihat Ibu dan wajah Ayahnya yang rupanya baru ia lihat, Ayah yang selama ini tak disangka sangat menyayangi Fara. Kevin dengan senyuman lebarnya menyambut Fara dengan dunia barunya, ada sebuah lengan yang membalutnya, mencium keningnya dan berkata “ jangan tinggalkan aku lagi.” Saat Fara melihatnya terpancar kebahagian yang tampak dari wajahnya lelaki yang selama ini akhirnya membuatnya bahagia.
                                      TAMAT

Ijinkan Aku Hidup





“Ivan…bangun!!!”

Berat sekali rasanya membuka mata dihari libur seperti ini. Pelan-pelan Aku coba membuka mata mencari suara yang tega-teganya menggangguku sepagi ini. Kulihat Mamah sudah berpakaian rapi berdiri didepanku. Belum sepenuhnya nyawaku terkumpul langsung saja Aku melompat dari tempat tidurku menuju kamar mandi. Wah bodohnya Aku melupakan keberangkatanku hari ini. Untungnya tadi malam semua keperluanku sudah Mamah siapkan. Jadi Aku tinggal berangkat.

“Tasmu sudah didalam mobil, cepat berangkat.”

“Mamah ga nganter?” tanyaku.

“Ngga, Mamah ga mau nangis.”

“Wah, Mamah….sesayang itukah Mamah padaku,” canda manjaku sambil berjalan menghampiri kemudian memeluknya.

Matanya berbinar saatku memeluknya. Ada rasa ketidak tegaan dihatiku meninggalkan Mamah sendirian. Sekali lagi Aku memeluknya erat, binar dimatanya kini menjadi air yang menetes dipipi. Wajar kalo Mamah menangis seperti itu karna terhitung dari hari ini sampai 2 tahun kedepan kami tidak akan bertemu. 

“Cepat berangkat, nanti Ivan ketinggalan pesawat!!!” 

“Hati-hati, jaga diri Kamu baik-baik, jangan bandel, Ivan harus konsentrasi belajar ga boleh pacaran, disana harus nurut sama Om kamu.” lanjut Mamah menasehatiku.
***

Sekarang Aku berada dibenua eropa untuk melanjutkan studi. Masih ada waktu 2 tahun lamanya agar bisa lulus dan kembali keindonesia. Oh iya, disini Aku belajar bukan sebagai seorang mahasiswa tapi hanya seorang siswa. 

Hari-hari berlalu seperti biasa, rutinitasku disini tidak ada yang mengesankan. Ingin sekali rasanya Aku buru-buru pergi dari keasingan ini. Pernah ada niatan berontak ke Mamah tapi Aku juga ga tega melihat Mamah kecewa. Mamah sangat berharap agar Aku berprestasi disini. Percuma rasanya Aku bebas kalo Mamah jadi kecewa.

Lambat sekali waktu berputar, ruang gerakku semakin hari semakin sempit. Kalau bukan buku pasti laptop yang jadi temanku. Hanya itu yang mengisi hari-hariku. Oh Tuhan, Aku berpikir kalo saat ini Aku sedang diuji.

Seperti biasanya hampir setiap pagi Aku berlari mengejar bis sekolah. Dan pagi ini adalah kesialan yang teramat sangat yang terjadi padaku, bis sekolah benar-benar penuh. Mungkin karena siswa baru. Susah rasanya bernafas ditengah himpitan orang-orang besar di sekelilingku. Baru beberapa menit menikmati perjalanan bisnya kembali berhenti. Ya ampun, semerana inikah hidupku, gumamku. 

Bis sekolah kembali melanjutkan perjalanan, samar-samar aku melihat gadis yang baru naik tadi desak-desakkan mencari tempat duduk. Anak itu pasti siswa baru pikirku. Sebenarnya Aku sudah berniat untuk tidak menghiraukannya, na’asnya Aku, gadis itu berjalan menuju ke arahku dan, iya! Dia berdiri tepat di hadapanku. Karena dia perempuan jadi Aku mengalah saja padanya. Dan membiarkan Dia menduduki tempatku. “Hi…sit here,” ucapku sambil berdiri.

“Makasih.”

“Kamu dari Indonesia?”

“Iya.” sahutnya menatapku.

Spontan Aku mencubit pipinya dan berteriak kesenangan sehingga semua orang melihatku. Tatapan mereka seperti sedang mengintrogasiku. Aku hanya tertunduk malu. Dan Aku meminta maaf pada penumpang bis lainnya, sepertinya teriakanku mengagetkan mereka.

“Maaf ya…. disini Aku bener-bener ga punya teman jadi pas ketemu Kamu rasanya kaya lagi menang undian yang berhadiah mobil. Ga kebayang senengnya,” gurauku pada gadis dari Indonesia itu.

Dia tertawa mendengar gurauku.

“Kamu siswa baru?” lanjutku.

“No…no… no… Aku sudah satu tahun disini.” sahutnya sambil tertawa.

“Oh jadi ceritanya Kita satu angkatan nih,” 

Gadis itu menganggukkan kepalanya. Sepertinya Aku jatuh cinta pada pandangan yang benar-benar pertama dalam hidupku.

Semenjak pertemuan itu ada harapan-harapan baru yang mulai kumunculkan dalam hidupku. Sekarang impianku bukan hanya ingin membahagiakan Mamah saja tapi juga Aku ingin membahagiakan diriku sendiri. 

“Ivan….”

Aku menghentikan langkahku. Kepalaku celingak celinguk mencari sumber suara yang serak-serak parau memanggilku.

“Ivan…”

Suara itu semakin dekat ditelingaku. 1 tahun sudah lewat. Baru hari ini Aku mendengar seseorang di sekolah memanggil namaku.

Tiba-tiba gadis itu menepuk pundakku. “Yeeee, ketemu Kamu lagi,” ujarnya cengengesan.

“Kok kamu tau namaku? Tau dari mana?” tanyaku penasaran.

“Kemaren Aku cerita-cerita sama Kevin tentang pertemuan kita dibis eh tau-tau Dia kenal sama Kamu padahal Aku cuman ngasih tau ciri-ciri Kamu doang ke Kevin.”

“Yang Kamu maksud Kevin Bagas? Kayanya Dia temen SMPku.” tanyaku sambil meraba-raba ingatan.

“Iya. Oh Kalian teman lama ya. Ya, ya, ya…” ujarnya padaku.

“Aku Thesa.” lanjutnya sambil mengulurkan tangan.

“Thesa…. Thesa… nama yang bagus.”

“Oh iya, apa Kevin pacarmu?” lanjutku menanyakan kedekatan Kevin dan Thesa.

“Sama sepertimu, Dia juga temanku dari SMP, cuman kita beda SMP.”

“Bagus banget, untung kalian ga pacaran.” gumamku.

“Apa? Kamu ngomong apa barusan?” tanyanya penasaran.

“Ngga, Aku ngga ngomong apa-apa.”

“Tau ah Van! Jelas-jelas tadi Kamu ngomong.”

Setelah Thesa datang dalam hidupku. Sepertinya waktu tidak berjalan selambat kemaren. Sekarang malah Aku mau protes sama waktu yang jalannya kecepetan. Rasanya Aku tidak ingin meninggalkan tempat ini. Nyaman sekali disini setelah ada Thesa.
***1 tahun kemudian***

Semakin kedepan semakin jelas terlihat cinta segitiga diantara Kami. Aku harus rela berbagi cinta dengan Kevin. Sebenarnya Kami menyadari bahwa ada cinta segitiga, tapi masing-masing dari Kami tidak ada yang mau mengalah apalagi sampai menyerah untuk mendapatkan Thesa.

Seharusnya Aku lebih realistis melihat keadaan seperti ini. Dibandingkan denganku Kevin sangat lebih pantas untuk Thesa. Tapi, kukatakan ‘tidak’ meskipun Aku dipaksa menyerah untuk mendapatkan Thesa. Aku tidak bisa tanpa Thesa. Dan Aku juga tidak akan mau membiasakan diriku tanpa Thesa. Aku tidak akan menyerah, tidak akan.

Banyak hal yang sudah terlewatkanku bersama Thesa. Walaupun bersamanya sangat menyakitkan tapi Aku rela menahan sakit itu agar bisa terus ada disisinya. Ini tahun terakhir Kami disini. Semoga setelah lulus, Thesa juga pulang ke Indonesia dan melanjutkan studinya diperguruan tinggi yang ada di Indonesia agar Aku bisa bersamanya lagi. Walaupun tidak, Aku akan menunggunya sampai dia kembali ke Indonesia.

Aku selalu merasa iri pada Kevin yang lebih banyak waktu bersama Thesa. Terakhir kali Aku memegang tangan Thesa pada saat Kami berlibur kepantai. Kalo si Kevin setiap hari juga bisa memegang tangan Thesa.

Malam ini Kami bertiga janjian makan malam bareng. Thesa tampil sangat cantik, Dia datang sendirian kerumahku. Kemudian disusul dengan kedatangan Kevin.

Tempatnya sangat indah. Pepohonan ditempat ini benar-benar membuatku nyaman. Apalagi sambil melihat gadis pujaanku. 

Malam ini Aku merasa sedikit lega karna si Kevin mendadak pulang lebih awal. Katanya dipanggil Omanya. Beruntungnya Aku. Seandainya Kevin tidak pulang bisa-bisa Aku mati duduk menahan rasa cemburu melihat mereka ngobrol berdua.

Belum sempat pramusaji menghidangkan makanan. Mendadak nafasku berhenti, pandanganku buram, dadaku nyut nyutan seperti ada yang menahan pompa jantungku. Aku berusaha tenang agar tidak merusak momen terbaikku bersama Thesa. Tapi Aku tak tahan, kucoba menahan sakit didadaku itu dengan tangan kiriku, tapi sakitnya tidak berhenti. Penglihatanku semakin redup hampir-hampir Aku tidak bisa melihat Thesa. Sakitnya semakin menggila. Aku mendengar suara Thesa samar-samar memanggil namaku.

Akhirnya Aku menyerah dari sakit itu. Penglihatanku benar-benar menghilang, Aku tidak bisa melihat apa-apa. Sekarang tubuhku terasa ringan. Pelan-pelan kubuka mataku. Yang kulihat hanya ada kain putih yang mengelilingiku. Apakah ini yang namanya surga? Gumamku.

Aku tidak bisa berpikir banyak, kembali kupejamkan mataku. Aku merasa seperti sedang terbang tinggi saat ini. Rasanya Aku terbang menorobos awan yang bergumpal. Aku benar-benar diketinggian yang sejengkal lagi akan menerobos langit. Tapi Aku berhenti. Aku berhenti digumpalan awan, disana Aku melihat seseorang yang wajahnya sama sekali tidak tampak jelas. Tapi entah mengapa mendengar suaranya membuatku merasa damai, membuatku ingin menggapainya. Suara itu membuatku berhenti. Suara itu memanggil manggil namaku berulang kali. Kemudian Dia menghilang. Tak lama, Aku terbangun dari mimpiku dan saat Aku terbangun. Ternyata Mamah orang pertama yang kulihat.

“Ma…Ma-mah.” sapaku kelu.

Belum sempat Aku bangkit dari tempat tidurku. Mamah memelukku erat, tubuhku terhempas lagi pada tempat tidurku. Lagi-lagi Aku membuat Mamah menangis. Hancur hatiku melihat Mamah menangis terisak seperti itu. Ingin sekali rasanya Aku menghajar diriku sendiri yang bisanya hanya merepotkan Mamah. Mamah terus saja memelukku erat, sesekali mencium keningku. Mamah tidak berkata apapun. Tidak juga memarahiku seperti biasanya. Airmataku pelan-pelan jatuh kepipi. Ada apa dengan Mamah? Tanyaku dalam hati. Berhenti rasanya jantungku melihat Mamah seperti itu. Kutarik kedua tangannya. Kucium telapak tangannya. Aku katakan padanya Aku sangat menyayanginya, Aku katakan lagi padanya, Aku tidak akan meninggalkannya.

Kemudian Mamah mengusap airmatanya. Pelan-pelan Mamah mengangkat kepalanya dan menatapku syahdu. “Maafkan Mamah Van.”

Mamah kembali menangis menggeleng-gelengkan kepalanya seolah ada hal yang membuatnya cemas. Semakin penuh otakku dengan pertanyaan-pertanyaan.

“Mamah kenapa?” tanyaku pelan.

“Inilah alasan Mamah menyekolahkan Kamu disini. Mamah tidak bisa menjagamu sendirian. Mamah juga tidak bisa melindungimu sendirian. Mamah tidak sanggup melihatmu menjerit kesakitan. Mamah tidak sanggup melihat anak kesayangan Mamah terluka,” ujarnya sambil menangis terisak.

“Maksud Mamah?”

“Maafkan Mamah…. Mamah sudah menyembunyikan hal ini kepadamu.”

“Katakan Mah! Ada apa denganku?” Aku merasa panik mendengar omongan Mamah.

“Ivan sedang mengalami penyumbatan pada jantung. Om Frans bilang ke Mamah kalo Ivan mengalami Jantung koroner pada level yang rendah. Masih ada kesempatan untuk sembuh makanya buru-buru Mamah sekolahkan Kamu disini. Biar Om Frans gampang ngobatin Ivan. Ivan yang sabar ya Mamah pasti akan melakukan apapun supaya Kamu sehat lagi. Ivan jangan khawatir.”

“Tapi kenapa ini sakit sekali Mah?”

“Sekarang penyakitmu itu berada pada level yang parah, tapi Ivan jangan takut Mamah sama Om Frans pasti akan membuat Ivan sehat lagi. Jangan khawatir Mamah selalu ada untuk Ivan.”

Bergetar hatiku rasanya mendengar ini. Tak sanggup rasanya Aku berpisah dari Mamah. Tak ingin rasanya Aku meninggalkan Mamah sendirian. Saat ini kurasa bumi seperti sedang berhenti berputar, manakala Mamah bilang penyakitku sudah pada level yang parah. Kenapa tidak langsung diambil saja nyawaku. Toh kalo sakit ini datang lagi rasanya Aku seperti sudah mati. Sakit sekali jantungku.
***

Akhirnya Aku menyelesaikan sekolahku dengan hasil yang memuaskan. Walaupun tidak berada pada posisi 1 sampai 10. Sudah lulus saja Aku sangat merasa puas. Nilaiku juga tidak begitu jelek. Selagi Mamah tidak protes itu artinya Aku sudah melaksanakan tugas dengan baik.

Akhirnya, Aku bisa kembali lagi ke Indonesia. Momen inilah yang Aku damba-dambakan 2 tahun belakangan ini.

Setelah perpisahan sekolah sampai sekarang Aku tidak pernah lagi bertemu dengan gadis pujaanku. Juga dengan si Kevin. Ya sudahlah sepertinya Aku harus berhenti menunggu Thesa. Toh percuma juga menunggunya, kalopun akhirnya Dia datang pastilah Kevin sudah menjadi kekasihnya. 
***

“Ivan…..bangun!!!”

Malas sekali rasanya membuka mata sepagi ini. Suara itu mengganggu sekali. Mau tidak mau Aku mencoba membuka mataku yang seperti sedang digantungi besi, berat sekali. Pelan-pelan mataku terbuka. Kupikir Mamah yang membangunkanku. Tapi kok tumben Mamah terlihat lebih muda, gumamku dalam hati. Tak percaya dengan yang kulihat. Kukucek kedua mataku dengan tangan. Benar saja, yang membangunkanku pagi ini adalah Thesa. Gadis pujaanku. Aku langsung bangkit dari tempat tidur lalu mencubit pipinya seperti yang kulakukan dibis waktu pertama kali kami bertemu. Thesa tertawa melihat kelakuanku yang kekanak-kanakan ini. Tapi Aku tidak peduli. Aku benar-benar rindu padanya. 

“Kenapa Kamu menghilang sih Van! Disana Aku mencarimu. Nomer telponmu sudah ga aktif. Sengaja ya biar Aku khawatir.” tanyanya sinis padaku.

“Apa? Ulangin kata terakhir yang Kamu ucapin tadi. Please Aku mau dengar lagi.” Pintaku melas.

“Aku khawatir.” Jawabnya ketus.

“Akhirnya…. Ada juga orang lain selain Mamah yang mengkhwatirkanku. Kamu orang pertama yang mengkhawatirkanku. Makasih ya…..” ujarku sambil tersenyum.

“Oh iya… Kevin mana?” 

“Entahlah.” Sahutnya.
***

Nanti malam Thesa mengajakku makan malam bareng, katanya sih mau mengganti makan malam yang gagal dulu. Semoga kali ini penyakitku tidak kambuh lagi.

Malam hari tiba. Telapak tangan dan kakiku berkeringatan entah mengapa bisa seperti itu. Sepertinya Aku grogi menghadapi Thesa. Aku melihat disekelilingku orang-orang tampak biasa saja dengan pasangannya. Aku harus seperti mereka, gumamku menyemangati diri sendiri.

“Ivan.” Suara Thesa tepat dibelakangku.

Aku menoleh kearah Thesa. Wow, mataku tidak ingin melihat kelain selain ke gadis pujaanku itu. Malam ini penampilannya perfect. 

Makan malampun dimulai. Sesekali Kami saling curi-curi pandang. Kaku sekali.

“Ivan….” 

“Iya.” Sahutku dengan tertunduk malu.

“Aku baru tau kalo Kamu orangnya pemalu kaya gini…. Lucu.” ejeknya.

“Ini kali pertama dalam hidupku makan malam dengan perempuan selain Mamah. Jadi……” sahutku bingung mau bicara apa padanya.

“Jadi apa?”

“Ngga…. Ngga jadi apa-apa.” 

Kekakuan inilah yang membuat Kami jadi banyak tertawa hingga akhirnya suasana menjadi nyaman dengan candaan-candaan.

“Ivan…” panggilnya dengan nada serius.

Aku kaget sekali mendengar suara yang terdengar arogan tersebut.

“Iya.” Sahutku ragu.

Mendadak suasana menjadi hening. “Aku suka sama Kamu, sejak Aku bertemu denganmu di bis sekolah,” tuturnya menatap tajam ke kornea mataku, “Sebelum Kamu masuk rumah sakit sebenarnya Aku ingin mengatakan ini. Tapi Aku ngga sempat.” Lanjutnya.

“Bagaimana dengan Kevin? Bukannya Kamu?”

“Iya dulu Aku memang suka sama Kevin tapi semenjak Kamu datang dihidupku. Aku ngga bisa berbohong Aku jauh lebih menyukaimu dibanding Kevin, Aku ngga bisa berhenti memikirkan Kamu. Tentangmu yang selalu menari-nari dipikiranku. Aku ngga bisa terus-terusan menghindar darimu dengan perasaanku yang seperti ini.” Ujarnya memotong pembicaraanku. 

Ternyata selama ini Aku sudah salah paham kepada Thesa. Kukira Thesa tidak pernah memperhitungkanku dalam hidupnya. Kupikir hanya Kevin yang Dia pedulikan. Ternyata Aku salah. Aku tidak berusaha untuk mengerti perasaan Thesa. Aku terlalu egois, membiarkan perasaanku terlihat oleh Thesa. Tapi Aku tidak memberikan kesempatan pada Thesa untuk memperlihatkan perasaannya padaku. Sekarang sangatlah terlambat jika Aku bilang kalau Aku juga cinta sama Thesa. Setelah penyakit yang kuderita ini sangat parah, rasanya tidak mungkin Aku meng-iyakan keinginan Thesa, itu hanya akan menyakitinya saja. Beralasan palsu adalah jalan terbaik yang bisa Aku lakukan. Agar saat Aku menghilang dari hidupnya, Aku tidak membuat hatinya sakit. Mungkin inilah yang bisa Aku lakukan untuk melindunginya. Aku rela jika akhirnya Kevin yang akan memasang cincin pernikahan dijarinya. Aku rela jika akhirnya Kevin yang akan mendampinginya. Aku sangat lega jika setelah Aku tiada nanti Thesa bisa berbahagia, Aku sangat lega. Aku percaya pasti Kevin akan memberikan yang terbaik untuk Thesa. Melindungi, menjaga, dan selalu ada untuk Thesa. Aku yakin Kevin pasti akan melakukannya dengan baik.

“Sebelumnya Aku tau kalau Aku menyukaimu sejak kita pertama kali ketemu. Tapi Aku benar-benar ngga tau kalo Aku sukanya sedalam ini ke kamu. Lama Aku memendam perasaan ini. Selalu menahan rasa sakit dihatiku melihatmu yang sangat dekat dengan Kevin. Aku cemburu padamu, saat Kamu dekat denganku Aku selalu berpikir buruk tentangmu. Percuma rasanya Aku berkorban untukmu toh akhirnya Kamu sudah termiliki oleh Kevin. Itulah yang sering terlintas dibenakku. Sampai akhirnya Kamu menghilang dari penglihatanku. Setelah kelulusan, Aku mencarimu tapi Aku tidak bisa menemukanmu. Itu sangat menghancurkan hatiku. Otakku tidak bisa berhenti berprasangka buruk padamu. Aku mengira Kamu sudah bahagia bersama Kevin. Aku lelah dengan yang kurasakan, Aku keberatan dengan apa yang Aku lakukan. Aku berjaniji untuk berhenti menunggumu. Aku memutuskan untuk membuka hatiku menerima penghuni baru yang layak untuk menempati hatiku. Perlahan kekosonganku terisi oleh perempuan itu dan pelan-pelan Kamu sudah menghilang dari ingatanku,” ujarku sambil menatap wajahnya, “Sekarang Kamu datang lagi dengan membawa cinta yang sejak dulu Aku harap bisa mendapatkannya. Sayangnya Kamu datang disaat yang salah. Kamu datang disaat yang tidak tepat. Kamu datang setelah Aku mencintai orang lain dan Aku tidak bisa meninggalkan orang itu.” Lanjutku.

Binar dimatanya mencair menjadi airmata yang menetes. Tak sampai hati Aku melihatnya menangis. Sebenarnya apa yang kukatakan padanya sangat bertentangan dengan hatiku. Yang kuucapkkan tadi adalah kata-kata terburuk yang pernah keluar dari lisanku. Tapi Aku harus melakukannya. Sebelum Aku pergi Aku harus membuatnya membenciku agar Dia bisa buru-buru melupakanku. Aku tidak ingin membuatnya menangis lebih lagi dari ini. jadi biarlah kulakukan seperti ini agar saat Aku tiada Thesa tidak memiliki perasaan apa-apa lagi padaku dengan begitu Dia tidak akan tersakiti.

Thesa tidak menjelaskan apapun padaku. Dia pergi begitu saja meninggalkanku. Aku juga tidak menuntutnya mengatakan sesuatu padaku. 

Setelah Dia menghilang dari penglihatanku. Jantungku mulai nyut nyutan. Ya ampun sakitnya tidak bisa tergambarkan oleh apapun. Buru-buru kuambil ponsel meminta Mamah menjemputku. Aku takut tidak bisa pulang dengan selamat jika kupaksakan. 

Suara Mamah terdengar panik saat Aku menelponnya. Pendengaranku mulai terganggu. Sakit dijantungku membuat organ tubuhku yang lain juga terganggu. Aku mulai kehilangan kesadaran. Ponselku sepertinya jatuh. Aku tidak tau lagi apa yang sedang Mamah pikirkan saat telponku tiba-tiba terputus. Tapi yang jelas Mamah pasti akan sangat panik. Aku takut terjadi apa-apa sama Mamah saat diperjalanan menjemputku. Tapi Aku sudah tidak bisa menguasai diriku. Pandanganku hitam tidak ada sedikitpun cayaha yang kulihat. Nafasku terengah, Aku rasa Aku sudah mati sekarang.

Pelan-pelan Aku mulai tersadar. Mataku perlahan kubuka. Buram sekali penglihatanku saat pertama kali membuka mata. Tidak ada siapa-siapa disekelilingku. Aku mencoba mengenali tempatku berada sekarang. Ternyata Aku berada dirumah sakit. Tapi anehnya Mamah tidak ada. Tidak mungkin rasanya kalo Mamah tidak mencariku, gumamku dalam hati. Aku melihat lelaki berkaca mata menghampiriku. 

“Maaf, apa anda keluarga Ibu Farida?” tanya lelaki berkacamata itu padaku.

“Benar, Dia Ibu saya Pak…. Kenapa dengan Ibu saya Pak?” tanyaku penasaran.

“Ibu saudara mengalami kecelakan. Tapi Alhamdulillah beliau sudah siuman. Hanya saja beliau mengalami kebutaan. Jika ada pendonor yang mau memberikan kornea matanya untuk Ibu anda. Beliau bisa selamat dari kebutaan.”

“Ambil mata saya pak! Ambil semua yang Ibu saya perlukan. Jantung, ginjal, ataupun yang lainnya. Ambil nyawa Saya jika Ibu memerlukannya. Lakukan yang terbaik untuknya Pak! Lakukan!” pintaku spontan memaksa lelaki berkacamata itu.

Ternyata penyakit jantungku tidak sebanding sakitnya dengan perasaanku yang hancur lebur mendengar Mamah kecelakaan dan menjadi buta. Aku tidak ingin melihatnya terluka, Aku juga tidak ingin Dia meninggalkanku. Dia adalah Perempuan terhebat didunia yang pernah kumiliki. Selalu memberiku yang terbaik. Perempuan yang tidak pernah menyakiti hatiku ataupun mengecewakanku. Aku akan melakukan apapun untuk membuatnya tetap hidup. Kukorbankan kornea mataku untuk Mamah. Aku berharap Dia baik-baik saja dan Dia bisa melihat dunia lagi dengan mata miliku itu.

Sebelum pendonoran dimulai Aku sempat berpesan pada Kevin, teman lamaku yang kebetulan sebagai pahlawan yang menolong Mamah. Semuanya kuceritakan padanya tentang cintaku pada Thesa dan rasa sayangku pada Mamah. 

Proses pendonoran akan dimulai. Tiba-tiba jantungku sakit lagi. Nafasku tersendat lagi. Tapi Aku harus menahan sakit ini sampai dokter memberi bius padaku. Aku ingin proses pendonoran segera dilakukan agar Mamah bisa segera melihat lagi. Aku sudah tidak kuat lagi dengan sakit yang kutahan tapi untunglah prosesnya sudah berlangsung. Ingin rasanya Aku tetap hidup berlama-lama. Berdiri didepan Mamah sebagai pelindungnya dan bersandar disamping Thesa sebagai pendampingnya. Tapi sepertinya Aku sudah sampai dibagian akhir dari perjalanan hidupku. Aku berhenti pada takdir yang telah dituliskan untukku. Sekarang Aku merasa terbang tinggi sejajar dengan gumpalan awan. Aku berharap bertemu lagi dengan perempuan yang memanggilku dulu saat pertama kali Aku koma. 

Aku berharap seseorang itu memanggilku dan membangunkanku dari mimpiku ini. Aku berharap saat membuka mata nanti Mamah memelukku lagi. Aku janji kali ini Aku akan membalas pelukan Mamah dengan pelukan terhangat yang Aku miliki. Tapi sepertinya Aku tidak mendapatinya lagi. Aku terbang semakin tinggi dengan perasaan yang jauh lebih damai sekarang. Sakit dijantungku sudah menghilang, tidak ada lagi nyut nyutan yang membuatku menangis. Sekarang Aku merasa sangat nyaman. Aku terbang semakin tinggi bahkan sudah menembus batas langit. Entah berada dimana Aku saat ini? yang jelas tempatku bukan dunia lagi. Aku berada ditempat dimana Aku hidup abadi. Semoga Kevin bisa memenuhi janjinya padaku untuk memberikan yang terbaik pada Thesa. Juga, semoga Kevin menceritakan semua yang ku sampaikan padanya. Dan meminta Thesa juga Mamah untuk tidak menangisiku. Karna Aku akan selalu ada untuk mereka meskipun Kami tak saling melihat. Sekarang jasadku memang sudah tidak ada lagi. Tapi hatiku masih tetap ada dihati mereka yang tulus mencintaiku.

SELESAI      
                                                                                                                                                                                                                       

Sabtu, 24 Mei 2014

Janji terakhir

Pagi ini dia datang menemuiku, duduk di sampingku dan tersenyum menatapku. Aku benar-benar tak berdaya melihat tatapan itu, tatapan yang begitu hangat, penuh harap dan selalu membuatku bisa memaafkannya. Aku sadar, aku sangat mencintainya, aku tidak ingin kehilangan dia., meski dia sering menyakiti hatiku dan membuatku menangis. Tidak hanya itu, akupun kehilangan sahabatku, aku tidak peduli dengan perkataan orang lain tentang aku. Aku akan tetap memaafkan Elga, meskipun dia sering menghianati cintaku.

“Aku gak tau harus bilang apa lagi, buat kesekian kalinya kamu selingkuh! Kamu udah ngancurin kepercayaan aku!”

Aku tidak sanggup menatap matanya lagi, air mataku jatuh begitu deras menghujani wajahku. Aku tak berdaya, begitu lemas dan Dia memelukku erat.

“Maafin aku Nilam, maafin aku! Aku janji gak akan nyakitin kamu lagi. Aku janji Nilam. Aku sayang kamu! Please, kamu jangan nangis lagi!”

Aku tidak bisa berkata apa-apa lagi selain memaafkannya, aku tidak ingin kehilangan Elga, aku sangat mencintainya.

Malam ini Elga menjemputku, kami akan kencan dan makan malam. Aku sengaja mengenakan gaun biru pemberian Elga dan berdandan secantik mungkin. Kutemui Elga di ruang tamu, Dia tersenyum, memandangiku dari atas hingga bawah.

“Nilam, kamu cantik banget malam ini.”

“Makasih. Kita jadi dinner kan?”

Ya tentu, tapi Nilam, malam ini aku gak bawa mobil dan mobil kamu masih di bengkel, kamu gak keberatan kita naik Taksi?”

“Engga ko, ya udah kita panggil Taksi aja, ayo.”

Dengan penuh semangat aku menggandeng lengan Elga. Ini benar-benar menyenangkan, disepanjang perjalanan Elga menggenggam erat tanganku, aku bersandar dibahu Elga menikmati perjalanan kami dan melupakan semua kesalahan yang telah Elga perbuat padaku.

Kami berhenti disebuah Tenda di pinggir jalan. Aku sedikit ragu, apa Elga benar-benar mengajakku makan ditempat seperti ini. Aku tahu betul sifat Elga, dia tidak mungkin mau makan di warung kecil di pinggir jalan.

“Kenapa El? Mienya gak enak?”

“Enggak ko, mienya enak, Cuma panas aja. Kamu gak apa-apa kan makan ditempat kaya gini Nilam?”

“Enggak. Aku sering ko makan ditempat kaya gini. Mie ayamnya enak loch. Kamu kunyah pelan-pelan dan nikmati rasanya dalam-dalam.”

Aku yakin, Elga gak pernah makan ditempat kaya gini. Tapi sepertinya Elga mulai menikmati makanannya, dia bercerita panjang lebar tentang teman-temannya, keluarganya dan banyak hal.
Dua tahun bersama Elga bukan waktu yang singkat, dan tidak mudah untuk mempertahankan hubungan kami selama ini. Elga sering menghianati aku, bukan satu atau dua kali Elga berselingkuh, tapi dia tetap kembali padaku. Dan aku selalu memaafkannya, itu yang membuatku kehilangan sahabat-sahabatku. Mereka benar, aku wanita bodoh yang mau dipermainkan oleh Elga. Meskipun kini mereka menjauhiku, aku tetap menganggap mereka sahabatku.

Selesai makan Elga Nampak kebingungan, dia mencari-cari sesuatu dari saku celananya.

“Apa dompetku ketinggalan di Taksi?”

“Yakin di saku gak ada?”

“Gak ada. Gimana dong?”

“ya udah, pake uang aku aja. Setiap jalan selalu kamu yang traktir aku, sekarang giliran aku yang traktir kamu. Ok!”

“ok. Makasih ya sayang, maafin aku.”

Saat di kampus, aku bertemu dengan Alin dan Flora. Aku sangat merindukan kedua sahabatku itu, hampir empat bulan kami tidak bersama, hingga saat ini mereka tetap sahabat terbaikku. Saat berpapasan, Alin menarik tanganku.

“Nilam, kamu sakit? Ko pucet sich?”

Alin bicara padaku, ini seperti mimpi, Alin masih peduli padaku.

“Engga, Cuma capek aja ko Lin. Kalian apa kabar?”

“Jelas capek lah, punya pacar diselingkuhin terus! Lagian mau aja sich dimainin sama cowok playboy kaya Elga! Jangan-jangan Elga gak sayang sama kamu? Ups, keceplosan.”

“Stop Flo! Kasian Nilam! Kamu kenapa sich Flo bahas itu mulu? Nilam kan gak salah.”
“Udah dech Alin, kamu diem aja! Harusnya kamu ngaca Nilam! Kenapa kamu diselingkuhin terus!”

Flora bener, jangan-jangan Elga gak sayang sama aku, Elga gak cinta sama aku, itu yang buat Elga selalu menghianati aku. Selama ini aku gak pernah berfikir ke arah sana, mungkin karena aku terlalu mencintai Elga dan takut kehilangan Elga. Semalaman aku memikirkan hal itu, aku ragu terhadap perasaan Elga padaku. Jika benar Elga tidak mencintaiku, aku benar-benar tidak bisa memaafkannya lagi.

Meskipun tidak ada jadwal kuliah, aku tetap pergi ke kampus untuk mengerjakan tugas kelompok. Setelah larut malam dan kampus sudah hampir sepi aku pun pulang. Saat sampai ke tempat parkir, aku melihat Elga bersama seorang wanita. Aku tidak bisa melihat wajah wanita itu karena dia membelakangiku. Mungkin Elga menghianatiku lagi. Kali ini aku tidak bisa memaafkannya. Mereka masuk ke dalam mobil, aku bisa melihat wanitaitu, sangat jelas, dia sahabatku, Flora….

Sungguh, aku benar-benar tidak bisa memaafkan Elga. Akan ku pastikan, apa Elga akan jujur padaku atau dia akan membohongiku, ku ambil ponselku dan menghubungi Elga.

“Hallo, kamu bisa jemput aku sekarang El?”

“Maaf Nilam, aku gak bisa kalo sekarang. Aku lagi nganter kakak, kamu gak bawa mobil ya?”

“Emang kakak kamu mau kemana El?”

“Mau ke…, itu mau belanja. Sekarang kamu dimana?”

“El! Sejak kapan kamu mau nganter kakak kamu belanja? Sejak Flora jadi kakak kamu? Hah?!!”

“Nilam, kamu ngomong apa sayang? Kamu bilang sekarang lagi dimana?”

“Aku liat sendiri kamu pergi sama Flora El! Kamu gak usah bohongin aku! Kali ini aku gak bisa maafin kamu El! Kenapa kamu harus selingkuh sama Flora El? Aku benci kamu! Mulai sekarang aku gak mau liat kamu lagi! Kita Putus El!”

“Nilam, ini gak…….”

Kubuang ponselku, kulaju mobilku dengan kecepatan tertinggi, air mataku terus berjatuhan, hatiku sangat sakit, aku harus menerima kenyataan bahwa Elga tidak mencintaiku, dia berselingkuh dengan sahabatku.

Beberapa hari setelah kejadian itu aku tidak masuk kuliah, aku hanya bisa mengurung diri di kamar dan menangis. Beruntung Ibu dan Ayah mengerti perasaanku, mereka memberikan semangat padaku dan mendukung aku untuk melupakan Elga, meskipun aku tau itu tak mudah. Setiap hari Elga datang ke rumah dan meminta maaf, bahkan Elga sempat semalaman berada di depan gerbang rumahku, tapi aku tidak menemuinya. Aku berjanji tidak akan memafkan Elga, dan janjiku takan kuingkari, tidak seperti janji-janji Elga yang tidak akan menghianatiku yang selalu dia ingkari.

Hari ini kuputuskan untuk pergi kuliah, aku berharap tidak bertemu dengan Elga. Tapi seusai kuliah, tiba-tiba Elga ada dihadapanku.

“Maafin aku Nilam! Aku sama Flora gak ada hubungan apa-apa. Aku Cuma nanyain tentang kamu ke dia Nilam!

“Kita udah putus El! Jangan ganggu aku lagi! Sekarang kamu bebas! Kamu mau punya pacar Tujuh juga bukan urusan aku!”

“Tapi Nilam…..”

Aku berlari meninggalkan Elga, meskipun aku sangat mencintainya, aku harus bisa melupakannya. Elga terus mengejarku dan mengucapkan kata maaf. Tapi aku tak pedulikan dia, aku semakin cepat berlari dan menyebrangi jalan raya. Ketika sampai di seberang jalan, terdengar suara tabrakan, dan…………
  
“Elgaaaa…..”

Elga tertabrak mobil saat mengejarku, dia terpental sangat jauh. Mawar merah yang ia bawa berserakan bercampur dengan merahnya darah yang keluar dari kepala Elga.

“Elga, maafin aku!”

“Nilam. Ma-af ma-af a-ku jan-ji jan-ji ga sa-ki-tin ka-mu la-gi a-ku cin-ta ka-mu a-ku ma-u ni-kah sa-ma kam……”

“Elgaaaaaa……”

Elga meninggal saat itu juga, ini semua salahku, jika aku mau memaafkan Elga semua ini takan terjadi. Sekarang aku harus menerima kenyataan ini, kenyataan yang sangat pahit yang tidak aku inginkan, yang tidak mungkin bisa aku lupakan. Elga menghembuskan nafas terakhirnya dipelukanku, disaat terakhir dia berjanji takan menyakitiku lagi, disaat dia mengatakan mencintaiku dan ingin menikah denganku. Dia mengatakan semuanya disaat meregang nyawa ketika menahan sakit dari benturan keras, ketika darahnya mengalir begitu deras membasahi aspal jalanan.
Rasanya ingin sekali menemani Elga didalam tanah sana, menemaninya dalam kegelapan, kesunyian, kedinginan, aku tidak bisa berhenti menangis, menyesali perbuatanku, aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri.

Satu minggu setelah Elga meninggal, aku masih menangis, membayangkan semua kenangan indah bersama Elga yang tidak akan pernah terulang lagi. Senyuman Elga, tatapan Elga, takan pernah bisa kulupakan.

“Nilam sayang, ini ada titipan dari Ibunya Elga. Kamu jangan melamun terus dong! Kamu harus bangkit! Biar Elga tenang di alam sana. Ibu yakin kamu bisa!”

“Ini salah aku Bu. Aku butuh waktu.”

Kubuka bingkisan dari Ibu Elga, didalamnya ada kotak kecil berwarna merah, mawar merah yang telah layu dan amplop berwarna merah. Didalam kotak merah itu terdapat sepasang cincin. Aku pun menangis kembali dan membuka amplop itu.


Dear Nilam,
Nilam sayang, maafin aku, aku janji gak akan nyakitin kamu, aku sangat mencintai kamu, semua yang udah aku lakuin itu buat ngeyakinin kalo Cuma kamu yang terbaik buat aku, Cuma kamu yang aku cinta.
Aku harap, kamu mau nemenin aku sampai aku menutup mata, sampai aku menghembuskan nafas terakhirku. Dan cincin ini akan menjadi cincin pernikahan kita.
Aku sangat mencintaimu, aku tidak ingin berpisah denganmu Nilam.


Air mataku mengalir semakin deras dari setiap sudutnya, kupakai cincin pemberian Elga, aku berlari menghampiri Ibu dan memeluknya.

“Bu, aku udah nikah sama Elga!”

“Nilam, kenapa sayang?”

“Ini!” Kutunjukan cincin pemberian Elga dijari manisku.

“Nilam, kamu butuh waktu nak. Kamu harus kuat!”

“Sekarang aku mau cerai sama Elga Bu!” kulepas cincin pemberian Elga dan memberikannya pada Ibu.

“Aku titip cincin pernikahanku dengan Elga Bu! Ibu harus menjaganya dengan baik!”
Ibu memeluku erat dan kami menangis bersama-sama.
*****